ETNOSENTRISME
Etnosentrisme didefinisikan sebagai kepercayaan pada superioritas inheren
kelompok atau budayanya sendiri; etnosentrisme mungkin disertai rasa jijik pada
orang-orang lain yang tidak sekelompok; etnosentrisme cenderung memandang
rendah orang-orang lain yang tidak sekelompok dan dianggap asing; etnosentrisme
memandang dan mengukur budaya-budaya asing dengan budayanya sendiri.
(Mulyana:2000;70)
Jelas sekali bahwa dengan kita bersikap etnosentrisme kita tidak dapat
memandang perbedaan budaya itu sebagai keunikan dari masing-masing budaya yang
patut kita hargai. Dengan memandang budaya kita sendiri lebih unggul dan budaya
lainnya yang asing sebagai budaya ’yang salah’, maka komunikasi lintas budaya
yang efektif hanyalah angan-angan karena kita akan cenderung lebih mebatasi
komunikasi yang kita lakukan dan sebisa mungkin tidak terlibat dengan budaya
asing yang berbeda atau bertentangan dengan budaya kita. Masing-masing budaya
akan saling merendahkan yang lain dan membenarkan budaya diri sendiri, saling
menolak, sehingga sangat potensial muncul konflik di antaranya. Contoh konflik
yang sudah terjadi misalnya suku dayak dan suku madura yang sejak dulu terus
terjadi. Kedua suku pedalaman itu masing-masing tidak mau saling menerima dan
menghormati kebudayaan satu sama lain. Adanya anggapan bahwa budaya sendiri lah
yang paling benar sementra yang lainnya salah dan tidak bermutu tidak hanya
berwujud konfik namun sudah berbentuk pertikaian yang mengganas, keduanya sudah
saling mmbunuh atar anggota budaya yang lain. Contoh lainnya, orang Indonesia
cenderung menilai budaya barat sebagai budaya yang ’vulgar’ dan tidak tahu
sopan santun. Budaya asli-budaya timur dinilai sebagai budaya yang paling
unggul dan paling baik sehingga masyrakat kita cenderung membatasi pergaulan
dengan orang barat. Orang takut jika terlalu banyak komunikasinya maka budaya
asli akan tercemar—budaya barat sebagai polusi pencemar.
STEREOTIPE
Kesulitan komunikasi akan muncul dari penstereotipan (stereotyping), yakni
menggeneralisasikan orang-orang berdasarkan sedikit informasi dan membentuk
asumsi orang-orang berdasarkan keanggotaan mereka dalam suatu kelompok. Dengan
kata lain, penstereotipan adalah proses menempatkan orang-orang ke dalam
kategori-kategori yang mapan, atau penilaian mengenai orang-orang atau
objek-objek berdasarkan kategori-kategori yang sesuai, ketimbang berdasarkan
karakteristik individual mereka. Banyak definisi stereotype yang dikemukakan
oleh para ahli, kalau boleh disimpulkan, stereotip adalah kategorisasi atas
suatu kelompok secara serampangan dengan mengabaikan perbedaan-perbedaan
individual. Kelimpik-kelompok ini mencakup : kelompok ras, kelompok etnik, kaum
tua, berbagai pekerjaan profesi, atau orang dengan penampilan fisik tertentu. Stereotip
tidak memandang individu-individu dalam kelompok tersebut sebagai orang atau
individu yang unik.
Contoh stereotip :
Ø Laki-laki berpikir logis
Ø Wanita bersikap mental
Ø Orang berkaca mata minus jenius
Ø Orang batak kasar
Ø Orang padang pelit
Ø Orang jawa halus-pembawaan
Menurut Baron dan Paulus ada beberapa faktor yang menyebabkan adanya
stereotip. Pertama, sebagai manusia kita cenderung membagi dunia ini ke dalam
dua kategori : kita dan mereka. Karena kita kekurangan informasi mengenai
mereka, kita cenderung menyamaratakan mereka semua, dan mengangap mereka
sebagai homogen. Kedua, stereotip tampaknya bersumber dari kecenderungan kita
untuk melakukan kerja kognitif sedikit mungkin dalam berpikir mengenai orang
lain. Dengan kata lain, stereotip menyebabkan persepsi selektif tentang
orang-orang dan segala sesuatu disekitar kita. Stereotip dapat membuat
informasi yang kita terima tidak akurat. Pada umumnya, stereotip bersifat
negative. Stereotip tidak berbahaya sejauh kita simpan di kepala kita, namun
akan bahaya bila diaktifkan dalam hubungan manusia. Stereotip dapat menghambat
atau mengganggu komunikasi itu sendiri. Contoh dalam konteks komunikasi lintas
budaya misalnya, kita melakukan persepsi stereotip terhadap orang padang bahwa
orang padang itu pelit. Lewat stereotip itu, kita memperlakukan semua orang
padang sebagai orang yang pelit tanpa memandang pribadi atau keunikan
masing-masing individu. Orang padang yang kita perlakukan sebagai orang yang
pelit mungkin akan tersinggung dan memungkinkan munculnya konflik. Atau misal
stereotip terhadap orang batak bahwa mereka itu kasar. Dengan adanya persepsi
itu, kita yang tidak suka terhadap orang yang kasar selalu berusaha menghindari
komunikasi dengan orang batak sehingga komunikasi dengan orang batak tidak
dapat berlangsung lancar dan efektif. Stereotip terhadap orang afrika-negro
yang negatif menyebabkan mereka terbiasa diperlakukan sebagai kriminal.
Contohnya, di Amerika bila seseorang (kulit putih) kebetulan berada satu
tempat/ruang dengan orang negro mereka akan , secara refleks, melindungi tas
atau barang mereka, karena menggangap orang negro tersebut adalah seorang
pencuri. Namun, belakangan, stereotip terhadap orang negro sudah mulai
berkurang terleih sejak presiden amerika saat ini juga keturunan negro. Orang
Indonesia sendiri di mata dunia juga sering distereotipkan sebagai orang-orang
’anarkis’ , ’bodoh’, konservatif-primitif, dll.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar