Disusun
Oleh:
Afriliati Nurul Hasanah 1B216029
Nina Agustyaningtyas 1B216028
Kelas :1EA31 (Transfer)
UNIVERSITAS
GUNADARMA
2017
Harapan berasal dari kata harap yaitu keinginan
supaya sesuatu terjadi atau sesuatu terjadi atau suatu yang belum terwujud.
Kata orang manusia tanpa harapan adalah manusia yang mati sebelum waktu-nya.
Bisa jadi, karena harapan adalah sesuatu yang hendak kita raih dan terpampang
dimuka. Hampir sama dengan visi walau dalam spektrum sederhana, harapan
merupakan cip-taan yang kita buat sebagai sesuatu yang hendak kita raih. Jadi
hidup tanpa harapan adalah hidup tanpa visi dan tujuan.
Maka bila manusia yang hidup tanpa harapan pada hakekatnya dia sudah mati. Harapan bukanlah sesuatu yang terucap dimulut saja tetapi juga berangkat dari usaha. Dia adalah ke-cenderungan batin untuk membuat sebuah rencana aksi, peristiwa, atau sesuatu menjadi lebih bagus. Sederhananya, harapan membuat kita berpikir untuk melakukan sesuatu yang lebih baik untuk meraih sesuatu yang lebih baik.
Harapan dan rasa optimis juga memberikan kita kekuatan untuk melawan setiap hambatan. Seolah kita selalu mendapatkan jalam keluar untuk setiap masalah. Seolah kita punya kekuatan yang lebih untuk siap menghadapi resiko. Ini kita sebut sebagai perlawanan. Orang yang hidup tanpa optimisme dan cenderung pasrah pada realita maka dia cenderung untuk bersikap pasif, Oleh karena itu dalam makalah ini kita dapat mengetahui lebih dalam tentang manusia dan harapan
Maka bila manusia yang hidup tanpa harapan pada hakekatnya dia sudah mati. Harapan bukanlah sesuatu yang terucap dimulut saja tetapi juga berangkat dari usaha. Dia adalah ke-cenderungan batin untuk membuat sebuah rencana aksi, peristiwa, atau sesuatu menjadi lebih bagus. Sederhananya, harapan membuat kita berpikir untuk melakukan sesuatu yang lebih baik untuk meraih sesuatu yang lebih baik.
Harapan dan rasa optimis juga memberikan kita kekuatan untuk melawan setiap hambatan. Seolah kita selalu mendapatkan jalam keluar untuk setiap masalah. Seolah kita punya kekuatan yang lebih untuk siap menghadapi resiko. Ini kita sebut sebagai perlawanan. Orang yang hidup tanpa optimisme dan cenderung pasrah pada realita maka dia cenderung untuk bersikap pasif, Oleh karena itu dalam makalah ini kita dapat mengetahui lebih dalam tentang manusia dan harapan
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, kami merangkum beberapa rumusan masalah yang diangkat antara lain:
1. Pengertian dan makna harapan
2. Harapan sebagai fenomena nasional
3. kepercayaan
4. manusia dan harapan
5. nilai-nilai budaya sebagai tolak ukur
6. harapan terakhir
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, kami merangkum beberapa rumusan masalah yang diangkat antara lain:
1. Pengertian dan makna harapan
2. Harapan sebagai fenomena nasional
3. kepercayaan
4. manusia dan harapan
5. nilai-nilai budaya sebagai tolak ukur
6. harapan terakhir
Pembahasan
Setiap manusia mempunyai harapan. Manusia yang tanpa harapan,
berarti manusia itu mati
dalam hidup. Orang yang akan meninggal
sekalipun mempunyai harapan, biasanya berupa
pesan-pesan kepada ahli warisnya.
Harapan
tersebut tergantung pada pengetahuan,
pengalaman, lingkungan hidup, dan kemampuan
masing-masing. Misalnya, Budi yang hanya mampu
membeli sepeda, biasanya tidak mempunyai
harapan untuk membeli mobil. Seorang yang mempunyai harapan yang
bcrlebihan tentu menjadi buah tertawaan orang banyak, atau orang itu seperti peribahasa "Si pungguk merindukan bulan".
Berhasil
atau tidaknya suatu harapan tergantung pada usaha orang yang mempunyai harapan,
misalnya Rafiq mengharapkan nilai A dalam ujian yang akan datang, tetapi tidak ada usaha, tidak pernah hadir kuliah. Ia menghadapi ujian dengan santai. Bagaimana Rafiq memperoleh
nilai A. luluspun mungkin tidak.
Harapan
harus berdasarkan kepercayaan, baik kepercayaan pada diri sendiri, maupun
kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Agar harapan terwujud, maka perlu usaha
dengan sungguh-sungguh. Manusia wajib selalu berdoa. Karena usaha dan doa merupakan
sarana terkabulnya harapan.
Harapan berasal
dari kata harap yang berarti keinginan supaya sesuatu terjadi; sehingga
harapan berarti sesuatu
yang diinginkan dapat terjadi. Dengan
demikian harapan menyangkut masa depan.
Contoh Harapan:
Ø Budi seorang
mahasiswa Gunadarma, ia rajin belajar dengan harapan didalam ujian semester mendapatkan angka
yang baik
Ø Hadir seorang wiraswasta yang rajin. Sejak mulai menggarap usahanya ia mempunyai harapan usahanya menjadi besar dan maju. Ia yakin usahanya menjadi kenyataan, karena itu berusaha bersungguh-sungguh dengan usahanya.
Dari kedua contoh itu terlihat, apa yang diharapkan Budi dan Hadir ialah terjadinya buah keinginan, karena itu mereka bekerja keras. Budi belajar tanpa mengenal waktu dan Hadir bekerja tanpa mengenal lelah. Semuanya itu dengan suatu keyakinan demi terwujudnya
apa yang diharapkan. Jadi untuk mewujudkan harapan itu harus disertai dengan usaha yang sesuai dengan
apa yang diharapkan. Bila dibandingkan dengan cita-cita, maka harapan
mengandung pengertian tidak terlalu muluk: sedangkan
cita-cita pada umumnya pedu setinggi bintang. Antar
harapan
dan cita-cita terdapat persamaan yaitu :
Ø keduanya menyangkut masa depan
karena belum terwujud
Ø pada
umumnya dengan cita-cita maupun harapan orang menginginkan hal yang lebih baik
atau meningkat.
- Apa Sebab Manusia Mempunyai Harapan?
Menurut
kodratnya manusia itu adalah mahluk sosial. Setiap
lahir ke dunia langusung
disambut dalam suatu pergaulan hidup, yakni di tengah suatu keluarga atau anggota masyarakat lainnya. Tidak ada satu manusiapun
yang luput dari pergaulan hidup.
Ditengah-tengah manusia lain itulah, seseorang dapat hidup dan berkembang baik fisik/jasmani maupun mental/
spiritualnya. Ada dua hal yang mendorong
orang hidup bergaul dengan manusia lain,
yakni dorongan kodrat dan dorongan
kebutuhan hidup.
1.
Dorongan kodrat
Kodrat
ialah sifat, keadaan, atau pembawaan
alamiah yang sudah terjelma dalam diri manusia sejak manusia itu diciptakan
oleh Tuhan. Misalnya menangis, bergembira, berpikir, berjalan, berkata,
mempunyai keturunan dan sebagainya.
Setiap manusia mempunyai kemampuan untuk
itu semua.
Dorongan kodrat
menyebabkan manusia mcmpunyai keinginan
atau harapan, misalnya menangis, tertawa, bergembira, dan sebagainya.
Seperti halnya orang yang menonton pertunjukan
lawak, mereka ingin tertawa, pelawak juga mengharapkan agar penonton
tertawa terbahak-bahak. Apabila penonton tidak
tertawa, harapan kedua belah pihak gagal, justru sedihlah mereka.
Kodrat
juga terdapat pada binatang dan tumbuh-tumbuhan, karena
binatang dan tumbuhan perlu makan, berkembang biak dan mati. Yang mirip dengan kodrat manusia ialah kodrat binatang. Walau bagaimanapun juga besar
sekali perbedaannya. Perbcdaan antara kedua mahluk itu, ialah bahwa
manusia memiliki budi dan kehendak.
Budi ialah akal, kemampuan untuk memilih.
Kedua hal tersebut tidak dapat dipisahkan,
sebab bila orang akan memilih, ia harus mengetahui
lebih dahulu barang yang dipilihnya. Dengan budinya
manusia dapat mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk,
mana yang benar dan mana
yang salah, dan dengan kehendaknya manusia dapat memilih.
Dalam diri manusia masing-masing sudah terjelma sifat, kodrat pembawaan
dan kemampuan untuk hidup bergaul,
hidup bermasyarakat atau hidup bersama
dengan manusia lain. Dengan kodrat ini, maka manusia mempunyai
harapan.
2.
Dorongan kebutuhan hidup
Sudah kodrat pula
bahwa manusia mempunyai bermacam-rnacam kebutuhan hidup. Kebutuhan hidup itu pada garis besarnya
dapat dibedakan atas
: kebutuhan
jasmani dan kebutuhan rohani.
Kebutuhan
jasmaniah misalnya ; makan, minum,
pakaian, rumah. (sandang, pangan, dan papan). ketenangan, hiburan, dan keberhasilan.
Untuk
memenuhi semua kebutuhan itu manusia
bekerja sarna dengan manusia lain. Hal ini disebabkan kemampuan manusia sangat terbatas, baik kemampuan fisik/jasmaniah
maupun kemampuan berpikirnya.
Dengan adanya
dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup itu maka manusia mempunyai harapan. Pada hakekatnya harapan itu adalah keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Menurut Abraham Maslow
sesuai dengan kodratnya harapan manusia atau kebutuhan manusia itu ialah :
a)
Kelangsungan
hidup (survival)
Untuk melangsungkan hidupnya manusia membutuhkan sandang, pangan dan papan (tempat
tinggal). Kebutuhan kelangsungan hidup ini terlihat sejak bayi lahir.
Setiap
bayi begitu lahir di bumi menangis, ia telah mengharapkan diberi makan/minum. Kebutuhan akan makan/minum ini terus berkembang sesuai dengan perkembangan
hidup manusia.
Sandang,
semula hanya berupa perlindungan/kemanan, untuk melindungi dirinya dari cuaca.
Tetapi dalam perkembangan hidupnya, sandang tidak hanya sebagai perlindungan kemanan, tetapi lebih cenderung kepada
kebutuhan lain.
Papan
yang dimaksud adalah tempat tinggal atau rumah. Rumah kebutuhan primer manusia,
karena rumah itu sebagai tempat
berlindung, dari panas, gelap, dan
sebagainya.
Untuk
mencukupi kebutuhan pangan, sandang, dan papan itu, maka manusia sejak kecil
telah mulai belajar. Dengan pengetahuan yang tinggi harapan memperoleh pangan,
sandang, dan papan yang layak akan terpenuhi. Atau tiap manusia perlu kerja keras dengan
harapan apa yang diinginkan : pangan, sandang dan papan yang layak
terpenuhi.
b)
Keamanan (safety)
Setiap orang membutuhkan
keamanan. Sejak seorang anak lahir ia telah membutuhkan keamanan. Begitu lahir, dengan suara tangis, itu pertanda minta perlindungan. Setelah agak besar, setiap anak menangis dia akan diam setelah dipeluk oleh ibunya. Setelah bertambah
besar ia ingin dilindungi. Rasa aman tidak harus diwujudkan dengan perlindungan yang
nampak, secara moral orang lain dapat memberi
rasa aman. Dalam hal ini agama
sering merupakan cara memperoleh kemanan moril bagi pemiliknya. Walaupun secara
fisik keadaannya dalam bahaya, keyakinan bahwa Tuhan memberikan perlindungan berarti sudah memberikan keamanan yang diharapkan.
c)
Hak dan kewajiban mencintai dan dicintai (be
loving and love)
Tiap orang
mempunyai hak dan kewajiban.
Dengan pertumbuhan manusia maka tumbuh pula kesadaran akan hak dan kewajiban. Karena
itu tidak jarang anak-anak remaja mengatakan kepada ayah atau ibu. "Ibu ini kok menganggap Reny masih kecil saja, semua diatur!" ltu suatu
pertanda bahwa anak itu telah tambah kesadaran akan hak dan
kewajibannya.
Bila seorang telah menginjak dewasa, maka ia merasa sudah dewasa. sehingga sudah saatnya
mempunyai harapan untuk dicintai dan
mencintai. Pada saat seperti ini remaja banyak mengkhayal. Ia telah sadar akan keberadaannya.
Pada usia itu, biasanya terjadi konflik
batin pada dirinya dengan pihak orang tua. Sebab umumnya remaja mulai menentang
sifat-sifat orang tua yang dianggap
tidak sesuai dengan alamnya.
d)
Diakui lingkungan
(status)
Setiap manusia
membutuhkan status. Siapa, untuk apa, mengapa manusia hidup. Dalam lagu
"untuk apa" ada lirik yang berbunyi
"aku ini anak siapa,
mengapa aku ini dilahirkan", Dari bagian lirik itu kita dapat mengambil kesimpulan, bahwa setiap
manusia yang lahir di bumi ini tentu akan bertanya tentang statusnya. Status keberadaannya. Status dalam keluarga,
status dalam masyarakat, dan status dalam
negara. Status itu penting. karena dengan status orang tahu siapa dia Harga diri orang antara
lain melekat pada status orang.
itu. Misalnya ada anak haram,
biarpun anak haram itu tingkah
lakunya baik dan tidak berdosa sebab yang berdosa orang tuanya, namun masyarakat tetap memberikan cap yang negatif.
Bahkan ada orang yang berpendapat jangan memberi
makan/pertolongan kepada anak jadah
(haram). Alangkah kejamnya manusia itu dengan adanya
harapan untuk memperoleh
status ini berarti orang menguasai
hak milik nama baik, ingin berprestasi,
ingin mengingkatkan harga diri, dan
sebagainya.
e)
Perwujudan
cita-cita (self actualization)
Selanjutnya manusia
berharap diakui keberadaannya sesuai dengan keahliannya atau
kepangkatannya atau profesinya. Pada saat itu manusia mengembangkan bakat atau kepandaiannya agar ia diterima atau diakui kehebatannya.
Pengertian
Doa
Menurut
bahasa do’a berasal dari kata “da’a” artinya memanggil. Sedangkan menurut
istilah syara’ do’a berarti “Memohon sesuatu yang bermanfaat dan memohon
terbebas atau tercegah dari sesuatu yang memudharatkan.
DOA adalah sebuah
tempat untuk meminta, bersyukur, berkomunikasi kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam berdoa kita memiliki hak istimewa untuk berbicara, memohon, kepada yang
Mahakuasa. Hendaknya doa di pelajari dengan baik dan di terapkan dalam sisi
kehidupan. Dengan melalui doa berkatNya bisa mengalir pada kita, dan kita dapat
memenangkan segala problematika yang sedang kita hadapi.
Macam-macam doa :
Syeikh
Abdurrahman bin Sa’diy berkata: “Setiap perintah di dalam al Qur’an dan
larangan berdo’a kepada selain Allah, meliputi do’a masalah (permintaan) dan
do’a ibadah.”
Adapun
perbedaan antara kedua macam do’a tersebut adalah:
Do’a
masalah (permintaan) adalah: Meminta untuk diberikan manfaat dan dicegah dari
kemudharatan, atau sesuatu yang sifatnya permintaan. Dan ini dibagi menjadi tiga:
a)
Permintaan yang ditujukan kepada Allah semata dan ini (termasuk tauhid dan
berpahala. -red. vbaitullah)
b)
Permintaan yang ditujukan kepada selain Allah, padahal dia tidak mampu memenuhi
dan memberikan permintaannya. Seperti meminta kepada kuburan, pohon-pohon besar
atau tempat-tempat keramat. Dan ini termasuk syirik dan dosa besar.
c)
Permintaan yang ditujukan kepada selain Allah pada hal-hal yang bisa dipenuhi
dan bisa dilakukan, seperti meminta prang lain, yang masih hidup untuk
memindahkan atau membawakan barangnya dan ini hukumnya boleh.
Do’a
Ibadah maksudnya Semua bentuk ibadah atau ketaatan yang diberikan kepada Allah
baik lahiriah maupun batiniah, karena pada hakikatnya semua bentuk ibadah
misalnya shalat, puasa, Haji dan sebagainya, tujuan utamanya adalah untuk
mendapatkan ridha Allah dan dijauhkan dari azab-Nya.
Contoh-contoh doa :
- Do’a Sebelum Makan
“Allahumma
baarik lanaa fiimaa razaqtana wa qinaa ‘adzaa-bannaar.
Bismillahirrahmaaniraahiim.”
Artinya
: Ya Allah berkahilah kami dalam rezki yang telah Engkau limpahkan kepada kami,
dan peliharalah kami dari siksa neraka. Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah
lagi Maha Penyayang. (HR. Ibnu as-Sani)
- Do’a Sesudah Makan
“Alhamdulillahilladzii
ath’amanaa wa saqaanaa wa ja’alanaa muslimiin.”
Artinya
: Segala puji bagi Allah Yang telah memberi kami makan dan minum, serta
menjadikan kami muslim. (HR. Abu Daud)
“Alhamdulilaahilladzi
ath’amanii hadzaa wa razaqaniihi min ghayri hawlin minnii wa laa quwwatin.”
Artinya
: Segala puji bagi Allah yang telah memberiku makanan ini dan melipahkannya
kepadaku tanpa daya dan kekuatanku. (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan Ibnu Majah)
- Do’a Sebelum Tidur
“Bismikallahhumma
ahyaa wa bismika amuut.”
Artinya
: Dengan nama-Mu ya Allah aku hidup dan dengan nama-Mu aku mati. (HR. Bukhari
dan Muslim)
- Do’a Sesudah Bangun Tidur
“Alhamdulillaahil
ladzii ahyaanaa ba’da maa amaatanaa wa ilayhin nusyuur.”
Artinya
: Segala puji bagi Allah yang menghidupkan kami setelah mematikan kami.
Kepada-Nya-lah kami akan kembali (HR. Bukhari)
- Do’a Terkejut Bangun Dari Tidur
“A’uudzu
bikalimaatillahit tammaati min ghadhabihi wa min syarri ‘ibaadihi wa min
hamazaatisy syayaathiini wa an yahdhuruun.”
Artinya
: Aku berlindung dengan kalimah Allah yang sempurna dari kemarahan Allah dari
kejahatan hamba-hamba-Nya dan dari gangguan setan dan dari kehadiran mereka
(HR. Abu Daud dan Tir-middzi)
- Do’a Mimpi Baik
“Alhamudlillaahirrabbil
‘alamiin.”
Artinya
: Segala puji bagi Allah Tuhan sekalian alam (HR. Bukhari)
- Do’a Mimpi Tidak Baik
“Allaahumma
innii a;uudzu bika min ‘amalisy syaythaani, wa sayyi’aatil ahlaam”
Artinya
: Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan setan dan dari
mimpi-mimpi yang buruk (HR. Ibn as-Sani)
Kepercayaan
berasal dari kata percaya, artinya
mengakui atau meyakini
akan kebenaran. Kepercayaan adalah
hal-hal yang berbubungan dengan pengakuan atau keyakinan akan
kebenaran. Ada ucapan yang sering kita dengar ia tidak
percaya pada diri sendiri, saya tidak percaya ia berbuat seperti itu atau berita itu kurang dapat dipercaya, bagaimana
juga kita harus
percaya kepada pemerintah, kita harus percaya akan nasehat-nasehat kyai itu, karena nasehat-nasehat itu diambil dari ajaran Al-Quran.
Dengan contoh berbagai kalimat yang sering kita dengan dalam ucapan sehari-hari itu, maka jelaslah kepada kita, bahwa dasar kepercayaan itu adalah kebenaran.
Ada jenis pengetahuan yang dimiliki seseorang bukan karena merupakan
hasil penyelidikan sendiri, melainkan diterima dari orang lain. Kebenaran pengetahuan yang didasarkan atas orang lain itu disebabkan karma orang lain itu
dapat dipercaya. Yang diselidiki bukan
lagi masalahnya, melainkan orang yang memberitahukan itu dapat dipercaya atau
tidak, Pengetahuan yang diterima dari orang lain atas kewibawaannya itu disebut kepercayaan.
Makin besar kewibawaan yang memberitahukan mengenai pengetahuan itu makin besar kepercayaan.
Dalam agama terdapat kebenaran-kebenaran yang
dianggap diwahyukan artinya diberitahukan oleh Tuhan-langsung atau tidak langsung kepada manusia. Kewibawaan pemberi kebenaran itu ada yang melebihi besamya. Kepercayaan dalam
agama merupakan keyakinan yang paling besar. Hak berpikir bebas, hak atas keyakinan sendiri menimbulkan juga hak
beragama menurut
keyakinan.
Dalam
hal beragama tiap-tiap orang wajib menerima dan menghormati kepercayaan orang yang beragama itu. Dasarnya ialah keyakinan masing-masing.
Kebenaran
atau benar amat
penting bagi manusia. Setiap orang mendambakannya, karena
ia mempunyai arti khusus bagi hidupnya. Ia merupakan fokus dari segala pikiran, sikap
dan perasaan.
Dalam
Tingkah laku, ucapan, perbuatan
manusia selalu berhati-hati agar mereka tidak menyimpang dari kebenaran. Manusia
sadar, bahwa ketidak
benaran dalam bertindak maupun berucap dapat mencemarkan
atau menjatuhkan namanya, seperti
peribahasa yang mengatakan, "sekali
langsung ke ujian,
selama hidup orang tak percaya", karena itu, wajarlah kalau
ketidakbenaran dapat berakibat
kegelisahan, ketidakpastian, dan
kedukaan.
Dalam
agama Budha ada ajaran yang dinamakan
"jalan utama delapan ruang". Yang isinya, agar setiap pemeluknya
memiliki pandangan yang benar, perbuatan yang benar, mata
percaharian yang benar, perhatian yang benar, dan konsentrasi yang benar. Tujuan
ajaran itu agar pemeluknya tidak mengalami duka, kegelisahan, dan ketidakpastian. Ajaran
kebenaran itu juga kita temui dalam agama-agama lain.
Jelaslah bagi kita, bahwa
kebenaran atau benar merupakan kunci kebahagiaan manusia. Itulah sebabnya manusia selalu berusaha
mencari mempertahankan, memperjuangkan kebenaran.
Dr.Yuyun
Suriasumantri dalam bukunya "filsafat
Ilmu, sebuah pengantar Populer ada tiga teori kebenaran sebagai
berikut :
1)
Teori
koherensi atau konsistensi
Yaitu suatu pernyataan
dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koherensi atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan
sebelumnya yang dianggap benar.
Contoh : setiap manusia akan mati. Paul Manusia. Paul akan mati
2)
Teori korespondensi
Suatu teori
yang menjalankan bahwa suatu pernyataan benar bila materi pengetahuan yang dikandung
pernyataan itu berkoresponden (berhubungan) dengan obyek yang dituju
oleh pernyataan tersebut.
Contoh : Jakarta itu ibukota republik Indonesia
3)
Teori
pragmatis
Kebenaran
suatu pernyataan diukur
dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam
kehidupan
praktis.
Dalam
berbagai jenis kebenaran tersebut yang selalu diusahakan dan dijaga ialah
kebenaran dalam bertindak,
berbuat, berucap, berupaya, dan berpendapa. Sebab ketidakbenaran dalam hal-hal itu akan langsung mencemarkan atau menjatuhkan nama baiknya, sehingga orang tidak mempercayainya lagi.
Dasar kepercayaan adalah kebenaran. Sumber kebenaran adalah manusia. Kepercayaan itu dapat
dibedakan atas:
- Kepercayaan
pada diri sendiri
Kepercayaan
pada diri sendiri itu ditanamkan setiap pribadi manusia. Percaya pada diri sendiri pada hakekatnya percaya pada Tuhan Yang Maha Esa Percaya pada diri sendiri, menganggap dirinya tidak salah, dirinya menang. Dirinya
mampu mengerjakan yang diserahkan atau dipercayakan kepadanya.
- Kepercayaan
kepada orang lain
Percaya
kepada orang lain itu dapat berupa
percaya kepada saudara, orang tua, guru, atau siapa saja. Kepercayaan
kepada orang lain itu sudah tentu percaya
ternadap kata hatinya, perbuatan yang sesuai dengan kata hati, atau terhadap kebenarannya.
Ada ucapan yang berbunyi orang itu dipercaya
karena ucapannya. Misalnya, orang yang berjanji sesuatu ham dipenuhi, meskipun janji itu tidak terdengar orang lain, apalagi
membuat janji kepada orang lain.
- Kepercayaan
kepada pemerintah
Berdasarkan pandangan teokratis menurut etika, filsafat tingkah laku karya Prof.
Ir. Poedjawiyatna, negara itu berasal
dari Tuhan. Tuhan langsung memerintah
dan memimpin bangsa manusia, atau setidak-tidaknya
Tuhanlah pemilik kedaulatan sejati, karena
semua adalah ciptaan Tuhan. Semua mengemban kewibawaan, terutama
pengemban tertinggi, yaitu raja, langsung
dikaruniai kewibawaan oleh Tuhan, sebab langsung dipilih oleh Tuhan
pula (kerajaan)
Pandangan demokratis mengatakan bahwa kedaulatan adalah dari rakyat, (kewibawaan pun milik rakyat. Rakyat
adalah negara, rakyat itu menjelma
pada negara. Satu-satunya realitas adalah negara). Manusia sebagai seorang (individu) tak berarti. Orang mempunyai
arti hanya dalam masyarakat, negara.
Hanya negara sebagai keutuhan (totalitas) yang ada, kedaulatan mutlak
pada negara, negara demikian itu disebut negara totaliter. Satu-satunya yang mempunyai
hak ialah negara;
manusia perorangan tidak
mempunyai hak, ia hanya mempunyai kewajiban
(negara diktator)
Jelaslah
bagi kita, baik teori atau pandangan
teokratis ataupun demokratis
negara atau
pemerintah itu benar, karenan
Tuhan adalah sumber kebenaran. Karena itu wajarlah jika manusia sebagai warga negara percaya kepada negara/pemerintah.
- Kepercayaan kepada Tuhan
Kepercayaan kepada Tuhan
yang maha kuasa itu amat penting,
karena keberadaan manusia itu bukan dengan
sendirinya, tetapi diciptakan oleh Tuhan. Kepercayaan
berarti keyakinan dan pengakuan akan kebenaran. Kepercayaan itu amat penting,
karena merupakan tali kuat yang
dapat menghubungkan rasa manusia dengan
Tuhannya. Bagaimana Tuhan dapat menolong umatnya,
apabila umat itu tidak mempunyai kepercayaan kepada
Tuhannya. Sebab tidak ada tali penghubung yang mengalirkan daya kekuatannya. Oleh karena itu jika
manusia berusaha agar mendapat pertolongan dari padanya, manusia harus percaya kepada Tuhan,
sebab Tuhanlah yang selalu menyertai
manusia. Kepercayaan atau pengakuan
akan adanya zat yang maha tinggi yang menciptakan alam semesta seisinya
merupakan konsekoensinya tiap-tiap umat beragama dalam melakukan pemujaan kepada zat tersebut.
Berbagai usaha dilakukan manusia
untuk meningkatkan rasa percaya kepada Tuhannya. Usaha
itu bergantung kepada pribadi kondisi, situasi, dan lingkungan. Usaha
itu antara lain:
a) meningkatkan ketaqwaan
kita dengan jalan meningkatkan ibadah
b) meningkatkan
pengabdian kita kepada masyarakat
c) meningkatkan
kecintaan kita kepada sesama manusia
dengan jalan suka menolong,
dermawan, dan sebagainya
d) mengurangi
nafsu mengumpulkan harta yang berlebihan
e) menekan
perasaan negatif seperti iri, dengki,
fitnah, dan sebagainya
Referensi
http://khresnaimaniap.blogspot.co.id/2015/05/ilmu-budaya-dasar-manusia-dan-harapan.html
elearning.gunadarma.ac.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar