Minggu, 27 April 2014

Pentingnya Komunikasi dalam Bisnis Antara Indonesia dan Maroko

Komunikasi bukanlah hal yang bisa dianggap mudah diera globalisasi sekarang ini. Komunikasi memegang peranan penting dalam menjalin sebuah hubungan kerjasama. Komunikasi yang baik adalah dimana suatu pesan dapat diterima oleh pihak lain dan adanya persamaan persepsi dari apa yang telah dikomunikasikan. Dalam hal ini pentingnya komunikasi dalam bisnis antara Indonesia dan Maroko. Indonesia dan Maroko sudah lama menjalin hubungan bilateral, seiring perkembangan zaman hubungan terus terjalin meskipun ada beberapa kendala baik dari pihak luar maupun dalam hubungan itu sendiri.
"Perdagangan Indonesia ke Maroko kecil sekali, hanya kurang US$ 90 juta, ini dipandang masih perlu digalakkan," kata Juru Bicara Presiden Dino Pati Jalal di Istana Negara, Kompas Senin (02/03). Dalam usia hubungan yang bukan muda lagi yakni lima puluhan tahun, Indonesia dan Maroko sepakat untuk meningkatkan hubungan antar negara. Tentunya komunikasi yang baik dan efektif sangat dibutuhkan dalam dunia bisnis seperti ini. Komunikasi dua arah sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kinerja kerjasama yang sudah terbentuk sejak lama.
Maroko termasuk negara beruntung karena tidak banyak terkena imbas krisis ekonomi global. Hal ini yang dapat dimanfaatkan oleh Indonesia sebagai negara berkembang untuk memajukan perdagangan internasional khususnya dengan Maroko. Selama ini eksploitasi sumber daya alam di Indonesia sebagian besar diakomodir oleh pihak luar seperti Amerika dan Negara bagian di Eropa. Mereka hanya mementingkan keuntungan semata tanpa memperhatikan aspek lingkugan dan kelangsungan hidup dimasa depan. Indonesia yang memang masi kekurangan modal dan sumber daya manusia hanya bisa terpaku oleh keserakahan mereka saja.
Indonesia seharusnya bisa meningkatkan hubungan perdagangan dengan Maroko, apalagi Indonesia merupakan negara kaya akan sumber daya alam. Kerjasama yang terjalin dapat mengisi kebingungan bangsa ini untuk melakukan kerjasama dengan pihak luar, khususnya dibidang perdagangan. Bisnis bisa terjalin dengan rapid an saling menuntungkan karena adanya factor kekerabatan yang erat dan hal ini juga sangat berpengaruh terhadap kerjasama yang dilakukan. Komunikasi dapat dikatakan sebagai faktor utama karena komunikasi dapat menyatukan visi dan misi dari kedua negara. Tentu saja hal ini tidak mudah, akan tetapi dengan memanfaatkan hubungan yang tidak sebentar ini bangsa kita dapat memaksimalkan potensi yang ada untuk bisnis antar negara. Dalam praktiknya komunikasi dalam berbisnis memang terkadang memiliki banyak kelicikan dan kecurangan, hal inilah yang dapat menghambat proses bisnis itu berlangsung dengan baik. Perlu adanya komunikasi bisnis yang terbuka antara kedua negara dapat sepenuhnya memberikan efek yang baik untuk bisnis yang baik pula. Komunikasi dalam bisnis memang sangat kompleks, tidak sembarangan dan tidak boleh gegabah dalam menentukan pilihan kepada dan apa yang akan di perdagangkan.
Keterbukaan sebagai salah satu kunci terjalnnya komunikasi yang efektif. Dengan keterbukaan segala bentuk kesalahpahaman dpat diminimalisir. Adanya keterbukaan juga dapat memberikan kepercayaan diantara kedua negara, kepercayan inilah yang biasanya sering dilanggar didalam proses bisnis berlangsung. Akibatnya hubungan kedua negara retak dan kelangsungan bisnis dijamin lambat lau akan menurun.
Pemerintah saat ini memang banyak melakukan kerjasama bisnis dengan negara lain. Hal ini dilakukan tentu saja demi kebutuhan maupun mencari keuntungan lain yang belum tentu dapat dirasakan oleh bangsa itu sendiri. Indonesia-Maroko seharusnya bisa menjadi panutan untuk negara lain sebagai negara yang dapat menjalankan roda perekonomian yang baik melalui bisnis yang dilakukan. Bisa saja hal ini dapat dicontoh oleh negara lain dan akhirnya kedua negara ini dapat semakin percaya diri dalam berbisnis antar negara.
Dalam komunikasi bisnis dapat dipelajari berbagai hal, mulai dari perancangan bisnis, struktur bisnis, pola pengembangan bisnis, dan tahapan dalam berbisnis. Komunikasi sangat berperan penting untuk kelangsungan semua proses diatas, untuk itu Indonesia harus bias pro aktif dalam pengembangan bisnisnya dengan Maroko. Di era globalisasi seperti sekarang ini kita harus bisa jemput bola dan bisa menyodorkan sejumlah rancangan kerjasama dibidang perdagangan dengan Maroko. Komunikasi yang memang sudah terjalin sejak lama dapat dijadikan landasan untuk melakukan manuver yang efektif untuk melakukan kerjasama yang baik pula.
Kerjasama yang dilakukan dapat berbentuk barang maupun jasa. Dalam bisnis keduanya sama sama memiliki kekuatan tersendiri. Dengan kekayaan alam yang dimiliki, Indonesia bias menawarkan kejasama investasi dibidang kepariwisataan. Seperti yang kita ketahui, Indonesia memiliki banyak sekali potensi wisata yang menjanjikan. Mulai dari daerah pegunungan hingga ke daerah pantai semua ada di Indonesia. Banyaknya objek wisata yang belum mendapat perhatian khusus mungkin saja bias menjadi sasaran investasi yang dilakukan kedua negara. Potensi yang sangat banyak itu sangat disayangkan jika dibiarkan dan tidak diperhatikan secara benar.
Bukan saja bidang pariwisata Indonesia juga bias menawarkan kerjasama dalam bentuk barang. Banyak sekali hasil alam yang bias diolah yang kemudian dapat di ekspor ke Maroko, apalagi jika Maroko memang membutuhkan barang barang tersebut.
Ya mudah mudahan, dengan semakin terjalinnya komunikasi yang baik dan efektif diantara kedua negara dapat meningkatkan kerjasama yang baik pula. Dan hal ini tentu saja sangat menguntungkan bagi kedua belah pihak. Baik secara moril maupun materil. Semoga saja dengan perkembangan dan persaingan bisnis yang semakin ketat, kedua negara ini bisan eksis dan mengepakkan sayapnya agar tidak dipandang sebelah mata oleh negara negara maju lainnya.
Referensi
Kompas.com
http://www.Pewarta Indonesia.com

Buku Komunikasi bisnis

KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA


Komunikasi antarbudaya adalah salah satu konteks terbaru dalam komunikasi. Munculnya komunikasi antarbudaya ini disebabkan oleh perkembangan lingkungan internasional. Banyak perusahaan Amerika menjalin bisnis dalam pasar dunia. Banyak di antaranya yang menjadi perusahaan multinasional (memiliki pusat laba di negara lain). Faktor sosial lain yang menyebabkan tumbuhnya komunikasi antarbudaya adalah usaha pengembangan Amerika dalam merayakan perbedaan budaya di dalam negara tersebut, beberapa festival digelar di Chicago dan Boston dan dihadiri oleh orang-orang dari latar belakang budaya yang berbeda, mereka berusaha untuk menimbulkn kesadaran dan sensitivitas terhadap berbagai budaya.

Teori komunikasi antarbudaya dikembangkan oleh seorang antropolog, Edward Hall - yang mengemukakan teori dari kedekatan dan jarak sosial – adalah seorang antropolog budaya yang sangat berpengaruh di bidang komunikasi.  Dibuatnya pasukan perdamaian oleh John F. Kennedy pada awal 60an juga memimpin sebuah peningkatan minat dan kebutuhan untuk pengetahuan tentang bagaimana orang-orang dari berbagai budaya dapat berkomunikasi dengan efektif. Sejak awal pekerjaan Hall dan awal penelitian dari pasukan perdamaian, teori dari komunikasi antar budaya meluas menjadi teori bahasa, media massa, dan konflik antar budaya.
Gudykunst membagi studi komunikasi antar budaya menjadi sembilan area berbeda, beberapa di antaranya menjelaskan komunikasi antar budaya yang mengacu kepada komunikasi antar individu atau kelompok dari budaya yang berbeda atau subbudaya yang berbeda dari sistem budaya sosial  yang sama.  Penelitian komunikasi antarbudaya bisa saja menjelaskan bagaimana orang Amerika dan orang Jepang melakukan negosiasi bisnis. Komunikasi silang budaya membandingkan kebiasan komunikasi antarbudaya dari kombinasi orang yang berbeda, jadi taktik negosiasi orang Jepang dan Amerika akan dapat dibandingkan dan terlihat kontras dalam studi komunikasi silang budaya.
Komunikasi internasional mengacu pada studi dari komunikasi media massa di dalam budaya yang berbeda. Misalnya, penelitian komunikasi internasional bisa saja menjelaskan peran sosial dari televisi di India. Teori-teori perbandingan komunikasi massa membandingkan sistem media dari budaya yang berbeda, misalnya India dengan Inggris. Komunikasi dan hubungan internasional adalah sebuah area dari bidang  yang melibatkan studi dari komunikasi antarabangsa dengan pemimpin politik mereka. Hubungan antara komunikasi dengan perubahan pilitik sekarang tidak hanya dipelajai oleh ilmuan politik tetapi oleh sarjana komunikasi.
Perkembangan komunikasi merentangkan perbatasan antara komunikasi massa dan komunikasi interpersonal. Ini adalah komunikasi dikaitkan dengan perubahan sosial, seringkali dalam perubahan negara-negara. Dua jenis  perubahan, internal dan eksternal, mengarah pada perkembangan komunikasi (Fagen, 1966) dalam model eksternal, perubahan sosioekonomi merubah media, gaya hidup, dan kesempatan bagi anggota dari sebuah masyarakat. Kemudian, orang mulai melihat diri mereka dan tempat mereka di dunia ini secara berbeda. Akhirnya perbedaan pandangan ini menngarah pada sikap yang mempengaruhi sistem politik dari masyarakat. Model internal dimulai dengan pemilihan strategi politik yang merubah pola komunikasi. Selanjutnya pola komunikasi mengarah pada persepsi diri dan pandangan dunia, yang akhirnya mengarah pada perubahan dalam sistem politik, meskipun tidak memerlukan perubahan yang direncakan oleh pihak yang mengatur proses pergerakannya. Perkembangan komunikasi mengenali bahwa komunikasi dapat digunakan untuk memfasilitasi perubahan sosial.

Konsep Kunci dalam Komunikasi Antar Budaya
Lambang Verbal
Komunikasi antarbudaya, sebuah studi dari komunikasi antara individu dan kelompok dengan budaya yang berbeda, melibatkan beberapa area penting dari eksplorasi. Sebagai anggota sebuah budaya tertentu, seseorang mempelajari pola tertentu dari memahami dunia melalui sistem lambang seperti bahasa dan perilaku nonverbal. Sementara seluruh anggota dari sebuah budaya dapat berbicara bahasa yang sama, anggota dari budaya yang tidak dominan dapat mengembangkan lambang mereka sendiri. Lambang-lambang ini mempersatukan mereka terhadap budaya dominan dan memperkuat identitas mereka sebagai anggota dari subbudaya tersebut. Saat budaya dominan mengadopsi lambang-lambang tersebut, mereka tidak lagi melayani maksud awal, jadi mereka mengubahnya. Sebagai contoh dari fenomena ini dapat dilihat dalam perubahan seorang remaja gaul saat mereka diadopsi oleh orang dewasa.
Hipotesis Whorfrian
Yang terpenting dari bahasa dalam mempengaruhi sebuah budaya adalah poin penting dari teori relativitas linguistik dari Edward Sapir (1958, 1964) dan muridnya Benjamin Lee Whoff (1956). Hipotesis Whorfian menunjukkan bahwa bahasa membentuk kebudayaan dan pola pikir individu. Sebagai contoh, di Inggris kita dapat mengatakan “brother” atau “sister” ketika berbicara dengan saudara kandung. Kita tidak perlu menspesifikasikan umur kecuali kalau kita ingin membedakan antara dua saudara perempuan atau untuk menekankan umur hubungan, seperti “older sister”. Akan tetapi, di Mandarin, Cina, tidak ada istilah umum untuk “brother,” “sister,” “uncle” atau “aunt.” Mungkin disebabkan oleh yang lebih penting dari hubungan keluarga tertentu dalam budaya cina.  Satu-satunya kata yang belaku untuk kerabat yang menentukan hubungan yang tepat seperti “big (kakak tertua) /older sister”, “small (lahir setelah kakak pertama tetapi masih lebih tua dari yang mengatakan) older sister,” “younger brother” dan “uncle on my mother’s side.”
Hipotesis Worfian mengindikasikan bahwa bahasa mempengaruhi cara komunikator melihat dunia. Karena orang Cina harus membuat perbedaan hubungan mental untuk berbicara bahasa Mandarin, mereka cenderung lebih peka terhadap perbedaan-perbedaan dalam hubungan keluarga tertentu daripada komunikator yang berbehasa Inggris.
Namun, karena orang Inggris memiliki banyak kata untuk warna daripada Cina, Cina jadi lebih cenderung melihat nuansa warna dari komunikator Inggris.sebagai contoh, pikirkan seluruh kata yang merupakan sinonim dari merah atau merupakan jenis-jenis dari merah: pink, pale pink, salmon pink, dan lain-lain. Mandarin hanya memiliki satu kata untuk merah, dengan tambahan sebutan untuk nuansa terang atau gelap.
Lambang Nonverbal
Ada banyak cara yang dapat digunakan untuk memulai interaksi nonverbal, memperjelas hubungan, percakapan langsung, ekspresi untuk menunjukan emosi, mengakhiri percakapan secara substansial dari budaya ke budaya. Contoh di bawah ini akan menjelaskan secara singkat beberapa area penting dari perbedaan komunikasi nonverbal yang bervariasi dengan budaya yang berbeda.
Ekman dan Friesen (1969) mengatakan lima tipe gerakan tubuh adalah emblemilustrator, mempengaruhi tampilanadaptor, dan regulaor. Emblem adalah gerakan yang memiliki tujuan atau arti yang sama dengan kata, dan dengan mudah terjadi kesalahpahaman (Ekman & Friesen, 1969). Sebagai contoh, saat orang Amerika ingin memanggil teman mereka, mereka melambaikan tangan (membuka dan menutup telapak tangannya). Sebagai tambahan orang Amerika selalu menggenggam tangan mereka diantara bahu dan pinggang ketika teman-teman memanggil, sementara orang Cina memegang tangan mereka dengan lurus sehingga tangan mereka berada dibawah pinggang.
Ilustrator – isyarat yang menyertai kata-kata untuk penekanan – juga bervariasi dari busaya ke budaya. Jakobson (1972) mendiskusikan kesulitan tentara Rusia dan Bulgaria selama perang di Turkey pada 1877-78 dalam menyampaikan gerakan yang menandakan “iya”. Saat ilustrator digunakan sebagai emblem untuk menggantikan kata-kata, tentara Bulgaria tidak akan pernah yakin apakah saat tentara Rusia menggelengkan kepala berarti “iya” atau “tidak.”
Perubah penampilan – gerakan tubuh yang mengekspresikan emosi - mungkin lebih mirip antara budaya dari jenis-jenis gerakan (Condon & Yosef, 1975), tetapi bahkan perubahan penampilan bisa mengindikasikan arti yang berbeda. Tersenyum dapat mengindikasikan bahwa orang Cina sedang mencoba menutupi malu. Morsbach (1982) mencatat bahwa orang Jepang juga menggunakan senyum dan tertawa untuk menutupi kemarahan, kesedihan, atau kekecewaan.
Kategori lain dari perilaku nonverbal yang juga sering dikategorikan adalah kontak mata. Di Amerika, orang yang menghindari kontak mata bisa diperkirakan malu atau bahkan menghindar dan tidak dapat dipercaya. Orang Jepang, mengajarkan anak-anak mereka untuk melihat atasan tidak pada mata karena memandang orang Jepang langsung di mata kemungkinan menghasilkan efek membuat mereka sangat tegang, karena kebudayaan tabu telah dilanggar (Morsbach, 1982).
Elemen nonverbal dari bahasa termasuk nada, stres, dan kualitas suara yang menyediakan sumber tambahan dari perbedaan antar budaya. Sebuah bahasa adalah salah satu yang bergantung pada kombinasi nada, stres, dan pola suara untuk mengindikasikan antar suara. Sebagai contoh, di Mandarin Cina, mai dengan nada tinggi berarti “membeli” sedangkan maidengan nada rendah berarti “menjual.” Bahasa nada seperti Mandarin, Taiwan, dan Kanton berbicara dengan variasi vokal dibandingkan dengan bukan bahasa nada seperti Inggris.
Aturan dan Peranan
Disamping  lambang lisan dan tak lisan, kelompok anggota mempelajari  kelakuan  yang dianggap tugas dan peraturan  untuk menggunakan simbol-simbol tersebut. Tugas seorang isteri atau suami di Amerika pastilah sekarang sangat-sangat berbeda sekarang jika dibandingkan dengan tiga puluh tahun yang lalu ketika sebagian besar  wanita mengasuh anak di rumah dan sebagian besar pria menjadi satu-satunya tulang punggung keluarga dalam sisi ekonomi. Budaya yang berbeda tentang bagaimana para anggota diharapkan dapat memnuhi perannya untuk mencapai  harapan yang diinginkan.Beberapa kebudayaan dan tugas memperbolehkan kelonggaran dari pada yang lainnya. Walaupun peran isteri telah berubah di Amerika Serikat, peran ibu harus tetap sama dengan tiga puluh tahun yang lalu, menciptakan fenomena "Superwoman" atau ”Supermom," wanita  berusaha untuk memenuhi kedua tersebut yaitu peran tradisional ibu dan peran perempuan baru dalam bisnis maupun eksekutif.  Ketik peran berganti atau tidak jelas, hal ini menimblukan atau menciptakan stres bagi orang yang mencoba mengadopsi peran ini.
            Di dalam situasi komunikasi antar budaya, pribadi dari kebudayaan lain mungkin akan berpikiran jelek karena mereka tidak tahu perilaku yang ada dan berbeda dengan perilaku mereka.
Kebudayaan Konteks Rendah dan Tinggi
Peran dan peraturan untuk perilaku sosial sudah dapat dilihat di beberapa budaya dibandingkan dengan yang lain. Edward Hall (1966) membuat kontribusi yang sangat penting untuk komunikasi antar budaya ketika ia menghargai budaya konteks rendah dan tinggi sebagai dasar dari pola komunikasi mereka. Di dalam komunikasi konteks tinggi, kebanyakn informasi disampaikan melalui pesan yang dikodekan langsung fisik atau mental dari peran, peraturan, dan nilai. Di dalam komunikasi konteks rendah, kebanyakan informasi disampaikan melalui pesan secara eksplisit atau secara verbal. Kedua hal tersebut merupakan cara penyamapain pesan dari kebudayaan konteks rendah dan tinggi di semua budaya, Hall mempercayai salah satu dari itu untuk mendominasi. Contohnya, budaya Amerika adalah budaya konteks rendah: orang Amerika mengungkapkan konflik atau pendapat secra terbuka. Bangsa oriental misalnya Cina dan Jepang cenderung memiliki budaya konteks tinggi, di mana banyak interpretasi tergantung pada intuisi atau akal sehat, pemahaman tentang apa yang dimaksud, bukan pada kata-kata tertentu yang diucapkan (Ting Toomey, 1984). Di kebudayaan Cina dan Jepang, ketika ada yang tidak setuju dengan sebuah keputusan, maka akan diam. Tidak sopan juga mengutarakan ketidaksetujuan dengan terbuka. Dengan demikian di Cina diam merupakan ungkapan dari ketidaksetujuan terhadap sesuatu, di Amerika, diam berarti setuju. Penafsiran seperti ini pada dasarnya berbeda untuk perilaku yang sama (diam) menambahkan komplikasi ke proses negosiasi antarbudaya (Womack. 1983)
Perbedaan-perbedaan Nilai
Perbedaan sumber nilai dari tingkat lesulitan dan ambiguitas dalam komunikasi antar budaya. Kluckhohn dan Strodtbeck (1961) mengidentifikasi lima masalah yang berbeda, di mana semua nilai-nilai masyarakat berkembang dan terpengaruh interaksi sehari-hari. (1) Pertama adalah masalah pembagian antara yang baik dan buruk di dalam kehidupan. Apakah manusia lebih banyak bersikap baik, buruk, atau percampuran dari keduanya. (2) Masalah kedua adalah hubungan manusia dengan alam. Apakah manusia hidup berdampingan dengan alam, bersinggungan dengan alam, atau hidup secara harmonis di anatara keduanya. (3) Waktu adalah hal penting yang di dalam sikap nonverbal, sebagaian budaya menruh waktu di tempat yang cukup tinggi di dalam tradisi sementara yang lain mengasosiasikan perubahan dan masa depan dengan kemajuan . Bisakah yang lain hidup di masa sekarang, memberikan sedikit perhatian untuk yang sudah lalu dan untuk masa depan. (4) Masalah yang keempat adalah menjadi,melakukan, dan cocok. Para penganut budaya yang bernilai  “menjadi”  percaya spontanitas dari individu adalah aktifitas yang paling penting. Mereka yang menganut  nilai “melakukan” menekankan aktifitas di luar individu. Komunitas Amerika  adalah contoh dari budaya  “melakukan”. Hal pertama yang akan Anda tanyakan kepada sesorang yang baru sekali Anda temui dalam cocktail party adalah “Apa kabarmu?” Itu adalah tipe dari nilai budaya “menjadi cocok”, tipe budaya ini menekankan kepada siapa atau perubahan atau pertumbuhan seseorang, bukan aktivitas yang dilakukan orang yang bersangkutan.    (5) Pertanyaan terakhir terkait dengan hubungan antara individu kepada masyarakat. Nilai-nilai budaya individualistis mengandung nilai otonomi individu. Budaya yang menekankan pada silsilah keluarga dan nenek moyang atau kelompok yang ajeg dari waktu ke waktu, mereka mengatakan nilai keturunan atau silsilah.  Nilai-nilai keturunan budaya juga menghargai lebih dari individu, tetapi budaya berfokus pada kelompok-kelompok , seperti ras atau etnis atau kelompok agama.
Etnosentrisme
Stereotipe. Karena orang dari kebudayaan khusus membagi kode etik nilai dan verbal dan nonverbal . mereka memiliki kecenderungan untuk menjadi etnosentris untuk menilai kelompok lain berdasarkan kategori dan nilai yang mereka anut daripada terbuka terhadap kebudayaan yang berbeda. Stereotipe adalah “ percaya pada kelompok  individual atau objek” ( Ruhy. 1976, p. 27 ) didasari oleh opini yang dikeluarkan daripada informasi tentang sesuatu yang lebih spesifik. Stereotipe mengizinkan kita untuk mengatur informasi yang tidak jelas lebih cepat: dengan menggunakan stereotipe kita dapat merespon kepercayaan/profesor tanpa menjadi familiar terhadap setiap kepercayaan/profesor  tersebut. Dengan menggunakan stereotipe kita dapat bertindak dengan dasar informasi yang sedikit: dalam hal ini kehendak orang tersebut.Setelah kita mengetahui setiap profesor dan bagaimana peraturan yang dia buat untuk berinteraksi dengan muridnya dan untuk menyetujui tugas-tugas. Kita dapat membedakan tingkah laku kita. Bahaya dari stereotipe adalah kita tidak akan pernah mendekati mereka untuk mengetahui seseorang sebagai seorang induvidu. Dengan menyikapi anggota kelompok mengikui ide yang kita percaya adalah”tipe dari kelompok tersebut. Kita tidak akan pernah mengetahui bagaimana seseorang berbeda dengan anggota lainnya atau menyadari bahwa stereotipe kita tidak tepat.
Prasangka. Jika kita menyangka. Kita menyangka setiap orang dengan stereotipe sebelum mengetahui orang tersebut. Prasangka menghasilkan  penyingkapan selektif, persepsi, dan persepsi yang peka ( Ruhly, 1976 ). Penyingkapan secara selektif maksudnya adalah kita menyingkap diri kita sendiri kepada pesan yang kita percaya. Biasanya kita menghindari pesan yang kita sangka dan percaya bahwa “ tidak pantas untuk didengar” jika Anda mempunyai perasaan yang kuat kepada salah satu kandidat politikus Anda tidak akan mendengarkan politikus lain ( kecuali Anda akan berpidato untuk menjatuhkannya ), fenomena yang sama juga terjadi pada pemisah khusus antara komunikasi antar budaya. Karena kita biasanya mempunyai perbedaan kebudayaan dengan mereka yang berasal dari kebudayaan lain atau subkebudayaan dari orang yang berasal dari kelompok sendiri. Kita biasanya akan menghindari memamerkan diri sendiri untuk pesan yang baru dan berbeda. Dengan memutuskan diri kita dari informasi yang baru kita memperkuat prasangka dan menghindari bahwa stereotipe merupakan hal yang salah.
Perceptual Barriers. Perspektif yang selektif juga mempengerahui komunikasi dengan orang lain dari kebudayaan yang berbeda. Karena kebudayaan sendiri memberikan kita kategori mental dan karena stereotipe kita dan prasangka dapat “mengeras”  kategori tersebut dan membuat mereka kebal kepada informasi yang baru, kita menerima informasi baru dalam keadaan cara pandang kita yang kuno dalam melihat dunia. Kita dapat mengabaikan aspek positif dari pertemuan perbedaan kebudayaan dan hanya memperhatikan hanya kepada informasi yang sesuai denga stereotipe/ prasangka kita. Kita biasanya suka menggunakan pertahanan dari perspektif yang selektif jika kita dijelaskan terhadap pesan yang berbeda dengan keinginan kita tidak ingin mendengarkannya.
Kepekaan Persepsi merupakan perspeksi yang menghasilan saat seseorang menjelaskan pesan yang disampaikan cukup sering dengan seting sebagai musuh. Pesan yang pertama terdengar mengesalkan akan membuat kita semakin marah saat diucapkan berkali-kali. Itulah,yang menyebabkan julukan untuk suatu ras terkadang menyakitkan karena kepekaan perspeksi. Rich ( 1974 ) mengindifikasi lima tipe kategori dari pernyataan negatif yang merintangi komunikasi budaya yang berbeda antara kelompok ras di US. Dia menemukan anggota dari kelompok Chicano, Africa Amerika, dan Native Amerika biasanya tersinggung oleh pernyataan ini. (1) pernyataan stereotipe tentang kelompok ras. (2) pernyataan tentang refleksi dari kurangnya simpati kepada kelompk minoritas yang mengkomplain tentang “Pembuktian” (3)pernyataan yang merendahkan.(4) pernyataan tentang kondisi seperti “squaw” yang merupakan wanita yangberwarna, dan(5) pernyataan yang mereflesikan hal-hal yang dilakukan anggota dari kelompok majoritas untuk melewati pemisah etnik, seperti “ Pamanku karena pernikahan menjadi orang Chicano”.
Pelatihan Antar Budaya
Banyak teori yang mempelajari komunikasi antar budaya untuk membantu seseorang melewati penghalang agar komunikasinya menjadi efektif. Dua keahlian atau perilaku adalah hal yang penting di dalam komunikasi antar budaya: empati dan kemampuan untuk keluar dari kebudayaan sendiri untuk menyadari perbedaan di dalam situasi yang membingungkan (Ruhl, 1976). Empati adalah kemampuan untuk mengetahui dan merasakan perasaan orang lain. Tipe pertama, pelatihan kebudayaan yang spesifik, biasanya diberikan kepada seseorang yang akan tinggal atau bekerja di dalam kebudayaan yang berbeda dari diri mereka. Tujuan dari pelatihan ini adalah untuk memberikan pengetahuan tentang aturan umum, peranan, nilai, dan pola interpretatif kepada orang-orang yang suka berpindah-pindah daerah.
            Di lain pihak, pelatihan budaya secara umum meliputi kepekaan individu untuk mengetahui aturan dan norma kebudayaan mereka sendiri dan mengidentifikasikan kategori umum dari perbedaan asimilasi budaya seperti perbedaan dalam kode-kode verbal ataupun nonverbal. Orang menjadi lebih baik di dalam komunikasi antar budaya ketika mereka lebih fleksibel dalam menduga motif atau arti dari perilaku orang lain. Mereka lebih peduli dengan kemungkinan yang berbeda interpretasi komunikasi. 

Sabtu, 26 April 2014

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

  
DATA PRIBADI

Nama                                      : Nina Agustyaningtyas
Tempat & Tgl Lahir                 : Bekasi, 10 Agustus 1994
Agama                                     : Islam
Jenis Kelamin                          : Perempuan
Status                                      : Belum Menikah
Kewarganegaraan                  : Indonesia
Alamat                                    : Jalan Elang 1 No.35 Rt 01 Rw 04 PTI Bekasi Timur
No. Tlp                                     : 081295252415
Tinggi/Berat                            : 157/48
Hobi                                         : Berenang, mendengarkan musik, membaca buku.

LATAR BELAKANG PENDIDIKAN

Formal

2006-2007       : SD Abdi Negara (berijazah)
2009-2010       : SMPN 4 Tambun Selatan (berijazah)
2012-2013       : SMA Yadika 8 (berijazah)
2015-2016       : Diploma III Universitas Gunadarma (berijazah)                    


KEAHLIAN

1. dapat mengoperasikan computer Ms. Office (Power Point, Excel,Word)
2. dapat berkomunikasi dalam bahasa Inggris (Pasif)
3. mampu mengetik dengan sepuluh jari

Demikian daftar riwayat ini saya buat sebenar-benarnya, atas perhatiaannya saya ucapkan Terima Kasih.



Minggu, 06 April 2014

Pentingnya Komunikasi dalam Bisnis

Suatu hari saya tergelitik saat membaca berita di sebuah koran lokal mengenai kurangnya pasokan atau ketersediaan suku cadang suatu produk yang terjadi, hanya karena kesalahan pemahaman penggunaan tanda titik dan koma dalam pemesanan barang tersebut.  Di Indonesia kita lazim menggunakan tanda titik sebagai penanda satuan di atas ratusan, namun di beberapa Negara tanda koma yang lazim digunakan.

Dalam bisnis, kesalahan komunikasi seperti ini tentu berakibat sangat fatal. Bayangkan jika kita memesan produk berjumlah 1.000 (seribu) unit dan kita menuliskannya dengan kebiasaan kita, maka pihak luar akan mengira kita hanya memesan satu unit saja. Karena secara lazim, mereka menulis seribu dengan cara 1,000.
Semua ini terjadi karena suatu hal yang mungkin kerap kita anggap sepele, komunikasi! Apalagi bagi kita yang, merasa usaha kita hanyalah usaha kecil, rasanya tidak perlu berbasa-basi dengan pelanggan yang notabene kerap kali kita kenal.
Banyak sekali kita menemukan pengertian komunikasi dalam suatu literatur atau catatan ilmiah, secara umum. Beberapa diantaranya menyatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses penyampaian dan penerimaan berita atau informasi dari seseorang kepada orang lain. Komunikasi yang tepat sendiri tidak akan terjadi jika penyampainya tidak menyampaikan informasi atau berita tersebut secara tepat dan baik, sehingga penerimanya tidak menerima informasi atau berita yang salah.
Masalah komunikasi ini adalah inherent (melekat = sangat penting) bagi kebutuhan manusia. Tidak ada manusia yang bisa hidup dengan baik, tanpa adanya komunikasi. Demikian juga dalam bisnis,  komunikasi merupakan sumber kehidupan bisnis tersebut. Rasanya tidak ada bisnis yang bisa berhasil tanpa komunikasi yang baik. Mulai dari perencanaan usaha, produksi hingga tahap akhir marketing dan selling kepada konsumen. Itu semua memerlukan komunikasi yang baik dan efektif. Baik dan efektif dalam artian, komunikasi yang dilakukan sesuai dengan kebutuhannya. Sebab cakupan komunikasi dalam dunia bisnis sangatlah luas, mulai dari mengkomunikasikan apa yang akan kita buat kepada karyawan, hingga menyampaikan produk kita kepada konsumen dalam bentuk iklan agar mereka tertarik dan membeli produk kita.
Komunikasi bisnis ini sendiri, harus kita lakukan baik di dalam perusahaan dan di luar perusahaan. Di dalam perusahaan komunikasi dengan karyawan sangat penting dilakukan agar karyawan merasa menjadi bagian dari usaha kita dan merasa yakin dengan produk yang kita hasilkan. Jika karyawan tidak mengenal dan yakin akan produk yang kita hasilkan, mereka akan sulit mengkomunikasikan produk kita kepada konsumen. Bisa kita bayangkan jika karyawan kita memilki pengetahuan terbatas akan produk-produk yang kita produksi dan atau kita jual, apa yang akan dijelaskannya kepada konsumen?
Komunikasi di luar perusahaan atau eksternal, wajib kita lakukan dalam hubungannya dengan masyarakat, pemerintah pada umumnya dan khususnya kepada pelanggan atau konsumen.
1. Komunikasi dengan Konsumen
Komunikasi dengan konsumen sangat penting kita bina dan lakukan terus menerus, agar konsumen tidak lupa pada kita dan produk yang kita hasilkan atau jual. Komunikasi dengan konsumen ini dapat kita katakan sukses dilakukan jika konsumen menjadi pelanggan kita dan tumbuh suatu sikap hanya ingin berbelanja ke toko kita saja atau hanya ingin menggunakan barang tertentu saja tanpa ingin menggantinya dengan barang lain, yang diistilahkan sebagai ‘ Patronage Buying Motive” .
Hal ini hanya dimungkinkan apabila ada komunikasi yang baik antara kita sebagai pemilik usaha, karyawan dan konsumen. Sehingga komunikasi yang baik ini menimbulkan tingkat pelayan yang baik pula dari kita karena banyaknya masukan yang bisa diperoleh dari konsumen. Baik mengenai keinginan konsumen, barang apa yang banyak disenangi konsumen dan tidak, layanan apa yang mereka butuhkan dan sebagainya. Ini semua merupakan informasi berharga bagi pengembangan usaha kita.
2. Komunikasi dengan Lembaga Pemerintah
Komunikasi dengan pemerintah wajib kita lakukan. Dengan demikian, kita dapat memahami peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah, mulai dari tingkat propinsi, kota/ kabupaten, kecamatan hingga tingkat gampong dan lingkungan. Hal ini sangat penting untuk menghindari kerugian dan permasalahan dengan hukum.
Bayangkan jika telah mengeluarkan biaya yang banyak untuk memasang kanopi atau papan nama merk usaha, ternyata hal tersebut melanggar peraturan. Bisa jadi karena ukuran yang tidak sesuai peraturan yang ditetapkan, posisi yang salah atau hal lainnya. Tentu saja ini akan menimbulkan kerugian bagi kita.
3. Komunikasi dengan Masyarakat
Harus kita ingat bahwa usaha kita tidak berdiri sendiri, namun ada di tengah-tengah masyarakat. Karenanya penting untuk memahami bagaimana kondisi sosial masyarakat di sekitar usaha kita berada. Bagian dari pemahaman mengenai kondisi masyarakat ini yang terkadang terlupakan oleh kita. Akibatnya tidak sedikit usaha yang keberadaanya ditolak oleh masyarakat sekitar.
Berlaku toleran, berarti kita telah membangun komunikasi sosial dengan masyarakat sekitar sehingga memiliki pemahaman akan konteks sosial yang berlaku. Menutup usaha pada saat ibadah Shalat Jum’at pada wilyah yang mayoritas penduduknya beragama Islam atau di Hari Minggu pada wilayah yang mayoritas penduduknya Kristen, atau agama lainnya sesuai dengan wilayah tempat usaha kita berada.  Tidak melakukan usaha yang bertentangan dengan budaya setempat dan sebagainya, ini merupakan salah satu bentuk komunikasi dengan masyarakat.
Jika kita mampu melakukan upaya komunikasi yang baik dan tepat pada usaha kita, tidak peduli sekecil apapun usaha kita, saya yakin usaha kita akan lebih baik dari sebelumnya. Pepatah “Pelanggan Adalah Raja”, bukan berarti kita tunduk kepada kemauan mereka, namun lebih kepada bagaimana kita menghadapi mereka dengan tutur kata, gerak dan perbuatan yang santun dan baik, sehingga mereka akan terus ingat dan kembali kepada kita dan usaha kita.
sumber : http://potret-online.com/index.php/news-flash/1183-pentingnya-komunikasi-dalam-bisnis